BOX LOVE~~

‘Dear diary..
Gue ditembak, diumur segini, masa iya gue udah ditembak..im sorry tapi kayaknya lu harus gue tolak, gue belom bisa pacaran...……………………………..’

‘Dear diary..
Lu kok pengecut banget sih, di tolak bentar maen pergi ninggalin gitu aja. Jadi ceritanya Cuma segitu doang? Bagus deh gue tolak!! …………………………………..’

‘Dear diary..
Lu kok gak kembali sih?? Bukan maksud gue untuk nolak lu, tapi lu terlalu cepat nembak. Gue masih kecil keleuss, padahal kalo boleh jujur gue sayang sama lo………………’

Lembar demi lembar, Citra membuka lembaran usang Diary itu, diary yang kata bunda, itu miliknya.

“ini diary gue?? Ihh gila konyol banget..” Citra ogah melanjutkan dengan lembaran selanjutnya, kini ia lebih memilih beralih ke meja belajarnya, semakin nampak foto dengan senyum manisnya, serangkap dengan baju toganya terpampang cantik diatas meja belajarnya “oohh..gue udah sarjana?” diambilnya foto itu “gue dulu berhijab??” dengan ekspresi bingung, matanya mencari cermin, mencoba membandingkan wajah dirinya yang tak berhijab sama sekali dengan dirinya yang ada di foto, dan tanpa sadar semburan tawa lucu keluar dari bibirnya sendiri “gue kayak orang bego deh ahh” kembali ia menaruh foto itu ketempatnya “lama-lama disini bisa stress” ia melangkahkan kakinya keluar kamar, mencari sesuatu yang bisa mendinginkan otaknya
“hey Citra..” sapa Rafa hangat yang sempat membuat langkah Citra terhenti, hanya ekspresi bingung datar yang keluar
“woyy…” sapa Rafa lagi
“itu kenapa kepalanya?? Di perban gitu, abis jatoh??” jawab Citra masih dalam keadaan bingung
“haa..??” dengan polos Rafa memegang kepalanya yang memang lagi diperban itu “ohh ini, iyahh abis jatoh kemaren dari pohon duren”
“hahaa…ngaco lu” Citra ngakak dan kembali berlalu ke dapur.

***
Pukul 10.00 pagi, Citra masih bersembunyi di balik selimut tebalnya, semua orang rumah sejak pagi telah lebih dulu meninggalkan rumah. Bau aspal basah jelas tercium bekas hujan tadi pagi.
“hooaaammm…pagi-pagi udah ditinggal, jadi gini kebiasaan gue tiap hari?? Boring banget” Citra akhirnya memutuskan bangun dan mencari kesibukan baru, segera mungkin ia mandi dan membeli roti di toko kue yang lagi-lagi kata sang bunda itu langganannya.
Lama Citra memilih kue yang akan menjadi santapan pagi menjelang siangnya kali ini
“semuaa enakk..” ratapnya “yang ini deh” Citra akhirnya menunjuk satu kue yang paling menggiurkan diantara yang lain
“gak mau pesan yang biasa aja??” sahut sang pelayan.
“haa?? Emang ada yang biasa?? Bagus deh, itu aja kalo gitu” senyum sumringah Citra tersungging lebar, setidaknya ia tak perlu menebak-nebak ia akan suka atau tidak dengan kue pilihannya, toh sebelumnya, ini adalah kue favoritnya.
“hey…” sapa seseorang bertubuh tinggi tegak dan bertubuh sedikit gelap “bisa ketemu disini kita?? Apa kabar??”
Citra menoleh dan kembali senyumnya tersungging, kali ini lebih bahagia
“ka Anwar??? Kapan datang dari Papua?? Ya ampun…iyayah bisa ketemu disini” sapa Citra balik panjang lebar.
“baru seminggu yang lalu. iyaa de’ mungkin jodoh, beli kue apa??” sambung Anwar sedikit bercanda
“hahaha..bisa aja ih. Kue ini ka’, buat ngemil-ngemil aja dirumah. Eh mau ujan nih ka’, kakak ga mau mampir dulu kerumah?? Deket kok dari sini” tawar Citra manis.
“laen kali aja de’, kakak masih ada urusan abis pindahan, ntar kakak kabarin kamu, no hp msh yang lama kan??”
“iyaa ka’, ya udah kalo gitu, duluan ya ka”

***
“wueeekkkk….katanya kue yang biasa, gak enak gini, yang bener aja, tu pelayan sedeng kali yee??” umpat Citra kesal, seolah ingin kembali memuntahkan kue beludru merah yang dibelinya, sayangnya hari sedang hujan, jika tidak mungkin ia akan kembali ketoko tadi untuk menukarnya.
“whuaaa….bosannyaaaa..”

TING…TONG…
Bel depan rumah berbunyi, tak ada pilihan lain selain membuka pintu mengingat tidak ada orang lain dirumah itu selain Citra ‘mungkin tukang nganter koran’ batinnya.
“hattccchiiuuuu…hey…nyari siapa?? Orang rumah lagi pada gak ada, ka Abdi juga keluar tuh, jemput Ka Lani” dengan awalan bersin, sapa yang baik dari seorang Citra pagi itu.
“eemm….aku..iya nih aku kehujanan, gak ada tempat buat neduh, makanya kesini” alasan konyol Rafa yang memang hanya seperti sebuah alasan
“tapi,,itu bukannya mobil lo?? Dengan polos Citra menunjuk VW Kodok hitam kepunyaan Rafa yang tarparkir pas di halaman rumah Citra.
‘aduh Rafa goblok’ batin Rafa memaki dirinya sendiri
“iyaa nih, sekalian ta’, tadi Abdi nyuruh nunggu dia disini, katanya ada yang mau dia kasih ke aku, aku boleh masuk?? Dingin nih..”
“ohh ya udah, masuk dehh” bingung, namun Citra tetap mempersilahkan Rafa masuk.
“mau minum?? Gue bikinin minum yaa??” tawar Citra datar.
“ga usah. Aku udah minum kok tadi, makan aja kalo ada” jawab Rafa sedikit polos
“Rafa gue belom makan tau daritadi, mana ga tau masak, gue beli kue kata pelayannnya itu kue biasa yang gue beli, tapi gue ga suka” rajuk Citra manja, mungkin lapar.
“mana kuenya???
“tuh di meja..” tunjuk Citra malas
Rafa membuka kotak kue yang dibeli Citra tadi. Satu, dua bahkan tiga kue sukses masuk dimulut Rafa, dan sepertinya Rafa menyukai kue itu.
“dihh..nikmat banget yee gratisan” singgung Citra di tengah kelucuan Rafa yang terlalu larut dengan kue yang dibelinya itu, sepertinya kue itu memang bukan kesukaannya, bersamaan dengan itu tawa Rafa meledak.
“kamu belom makan kan?? Mau di masakkin gak??” tawar Rafa masih dengan mulut yang penuh kue itu
“emang bisa???” Citra ragu dengan tawaran lelaki disampingnya ini, lelaki yang notabene hanya sahabat dari kakaknya itu
“ikutt aja sini” Rafa beranjak ke dapur.
30 menit kemudian, nasi goring ala chef rafa telah terhidang di meja, plus dengan rujak sebagai dessertnya, untunglah semua bahan makanan lengkap dirumah Citra, jadilah Rafa tinggal mengolah
“gimana???” tanya Rafa penasaran
“enak..enak..” jawab Citra tak karuan, sesendok nasi goreng berhasil memanjakan lidahnya.
“ehh..udah jam berapa nih, mesti balik kantor ada urusan, ini buat kamu, makan yang banyak yahh” tanpa babibu dari Citra Rafa berlalu kepintu depan, meninggalkan 1 kotak kecil untuk Citra.
Sejam berlalu, Citra telah selesai beres-beres, mulai dari mencuci piring, sampai dengan membuang dos kue yang kuenya habis di lahap Rafa, kembali Citra mengingat ada kotak yang ditinggalkan untuknya, kotak yang katanya Rafa untuk dia, bukan untuk Abdi, kakaknya.
“apa sihh ni??” Citra menuntaskan rasa penasarannya dengan membuka kotak itu yang hanya berisikan sebotol obat pilek dan secarik kertas bertuliskan
“FOR YOUR NOSE”
“hahahaa…sok romantis Rafa mah”

***
Hari demi hari, kedekatan Citra dan Anwar semakin dekat, beberapa kali ia telah membawa Anwar bertemu dengan sang bunda, beberapa kali pula ia membawa Anwar dengan kakaknya Abdi bersama sang Istri Lani tak terkecuali Rafa.
Anwar yang notabene seorang TNI merangkap sebagai mantan pacar Citra yang sempat putus karena sulitnya LDR dengan jarak yang benar-benar jauh berhubung Anwar yang ditugaskan di Papua. Namun kini Anwar memutuskan untuk tinggal sekota dengan Citra, dan sepertinya Citra mengenal Anwar dengan cukup baik dan mereka kembali berpacaran.
Dibukanya kembali diary using yang telah lama ia tinggalkan, mencari lembar kosong diujung belakang.

‘Dear Diary..
Akhinya aku ngedapetin apa yang aku cari, dia kembali. Ka Anwar, be mine yaaa :*

***
Tepat di 2 bulan Citra berpacaran dengan Anwar, bersamaan dengan itu, hubungan Citra dan Rafa semakin renggang. Entahlah salah satu dari mereka seperti tengah menjaga jarak.
“Rafa……..” sapa Citra riang menyambut Rafa yang kini bersantai diruang tamu rumahnya menunggu Abdi.
“hey…ape???” sapa Rafa tanpa menoleh dari korannya.
“Rafa…bikini nasi goreng lagi dong..” pinta Citra manja
“hahahaa….apa lu kate?? Nasi goreng?? Sorry yee…nasi goreng aku tuh langka, jarang-jarang ada cewe yang mau aku masakkin”
“elllaahh…pelit amat, woless kali, ka Anwar mah lebih jago pasti, ntar kalo gue udah married tiap hari bakal gue suruh bikinin nasi goreng” tangkas Citra tak mau kalah.
“iyaa deh iyaa..eh Cit, mau hadiah gak??” tawar Rafa kembali.
“apaan??”
“aku punya hadiah buat kamu, ada di mobil tapi, mau aku ambilin apa ambil sendiri??
“ahh lu boongin gue kan pasti, males ahh..”
“yee..suudzon makanya aku nanya, mau aku ambilin apa ambil sendiri??”
“ambil sendiri aja, siniin kunci mobilnya”
Tanpa babibu juga, Citra merampas kunci mobil Rafa dan sesegera mencari hadiah yang kata Rafa untuknya

5 menit kemudian, Citra belum juga menampakkan dirinya..
“bisa gak ngangkatnya???’ teriak Rafa dari dalam rumah
“bisa kok, gede amaat” samar-samar suara Citra menjawab.
Tak lama kemudian, muncullah Citra dengan sekotak hadiah besar, wajahnya jelas sudah tak terlihat lagi, Rafa yang melihatnya nyaris tak bisa menahan tawa, difikirannya Citra terlihat seperti Masha yang membawa setumpuk kado, Rafa pun bergegas membantunya, tanpa menghentikan tawanya.
“hahahaha…sini aku bantuin, sok kuat sih, difikir gak berat apa??” tegur Rafa sembari mengambil alih kotak yang memang cukup besar nan berat itu
“ahh…lagian elu mah gitu, kerajinan amat ngasih gue hadiah”

BUK…
Diletakkannya hadiah itu tepat dilantai dipinggir tempat tidur Citra.
“halaahh…nyusahin amat nih anak” umpat Rafa
“bodo…” ejek Citra.

***
TING TONG….
Seperti biasa, di pagi hari dirumah Citra. Hanya ada Citra dan setumpuk debu yang wajib di bersihkan.
“siapa sih ahh?? Gangguin aja lagi ngebabu juga” dengan sangat kumal, Citra akhirnya berlarian membuka pintu
“selamat pagi mba Citra” sapa seseorang yang umurnya kira-kira sepantaran dirinya
“iyaa..siapa??” polosnya
“lohh…saya Kugi mba, photographer weeding mba Citra, hari ini kan kita ada jadwal preweeding sama mas Rafa” terang sang photographer
“ebuseett…preweeding dari hongkong, kapan gue pacarannya?? Ehh bentar-bentar mas” tergesa-gesa Citra kembali menutup pintu, meninggalkan sang photographer CS diluar, Citra tergersa-gesa kekamarnya, ia belum membuka hadiahnya dari Rafa semalam
‘aduh…itu situkang foto, ngapa gak gue suruh masuk,,ellahh citra’
Citra kembali memutar balik, membuka pintu
“silahkan masuk dulu yaa..” setelah mempersilahkan, Citra kembali berlari kekamarnya. Dibukanya kotak itu, yang berisi beberapa barang bekas dan secari kertas bertuliskan
“FOR YOUR BRAIN”
Citra terus mengobrak abrik isi kotak itu, ia tak menemukan apa-apa selain beberapa tiket nonton, boneka teddy bear sebesar gajah menurutnya, dan beberapa foto-foto dirinya bersama Rafa, dan juga sekotak cincin yang cincinnya telah lama terpasang manis ditangannya meski Citra tak pernah sadar.
“ada apa ini??” Citra terus bertanya-tanya, sampai ia ingat, ia terlalu lama meninggalkan sang photographer diluar.
Kembali ia berlari ke ruang tamu, mungkin saja sang photographer bisa memberinya penjelasan dan alangkah terkejutnya Citra melihat Anwar yang juga ada dsitu.
“ka Anwar..” tatapan Citra kosong, ia semakin tak mangerti apa yang terjadi pada dirinya.
“kakak udah ngerti dek, kakak yang salah” jelas ka Anwar dengan senyumnya.
“ngerti apa?? Aku malah gak ngerti apa-apa. Kugi ayo jelasin ke aku, ini apa sebenarnya?? Ato enggak bawa aku ke Rafa, sekarang” tangis Citra nyaris pecah.

***
Instrument hangat mempesona, yang mampu memanjakan telinga pendengarnya. Suasana standing party bernuansa ungu putih menjadi pilihan Citra dan Rafa di malam resepsinya, semua hadir tak terkecuali Anwar bersamaan dengan sang kekasih. Mengingat dengan kejadian beberapa bulan sebelum resepsi di gelar, itu adalah ujian kesetiaan untuk Rafa katika 6 bulan yang lalu, seminggu setelah Citra dan Rafa bertunangan, Citra dan Rafa terlibat kecelakaan beruntun yang mengakibatkan Citra kehilangan ingatannya untuk sementara waktu, ia hanya dapat mengingat dengan jelas beberapa moment saja, anehnya Rafa tidak termasuk dalam moment itu.
“aku kok gak bisa inget kamu yahh??” tanya Citra polos pada sang suami yang tak ia ragukan lagi kesetiaannya
“aku gak tau, tapi yang pasti aku bertahan karna 1 hal” senyum Rafa tersungging manis.
“apa??”
“cincin ini gak pernah lepas dari tangan kamu, meskipun kamu gak sadar kamu udah terang-terangan selingkuhin calon suami kamu” ledek Rafa
“ihh…Rafa apa dehh” keduanya larut dalam pesta itu
“ehh..hadiah lagi, nihh buat kamu” Rafa menyodorkan sekotak kecil untuk Citra, dan tanpa menunggu arahan Citra membuka kotak itu
“kunci??? Kunci rumah??” tanya Citra kegirangan disambut anggukan manis dari Rafa
“ehh ada kertasnya lagi”

‘FOR OUR FUTURE’

“ahhh Rafa jelekk..makassihhh” CUP..kecupan pipi yang hangat untuk sang suami yang setia.

The-End..

Komentar

Postingan Populer