Love Mentor~~

“neng..cariin pacar dong” mata Citra berbinar-binar melontarkan kalimat itu pada sahabat sekaligus calon adik iparnya itu.
“apa?? Pacar?? Deuh ni anak bener-bener gak belajar dari pengalaman banget deh” Dewan acuh dengan permintaan sahabatnya itu
“pengalaman apanya neng??” jawab Citra pasrah namun dipangkuannya telah tersaji setoples cemilan sorenya, gadis chaby yang baru 2 bulan putus dengan kekasihnya itu gencar meminta Dewan untuk kembali mencarikan dirinya seorang pacar.
“elllaahh amii, apa harus banget gitu ye gue sebutin satu-satu gimana ga awetnya situ kalo pacaran. Apa kabarnya sama Akbar, Mufid, Irfan sama Ka Anwar sekalipun. Mereka itu gak lebih dari cowo yang hobby selingkuh, PHP, agresif bahkan possessive ami. Situ harusnya bisa belajar dari semuanya” Dewan geram dengan rajukan Citra, ia benar-benar lelah setiap kali Citra putus dan nangkring dikamarnya sembari berlinang air mata.
“yaa tapi kan …….”
“cukup yee. Fokus aja sama nasabah-nasabah situ, ya kali salah satu diantara mereka itu jodoh situ” sergah Dewan sebelum Citra lebih bersemangat membujuknya
“ane mandi dulu yee…sejam lagi Adi jemput”
Citra mengerucutkan bibirnya, ia menyadari betapa tidak sopan calon adik iparnya yang satu itu, kembali ia menatap cemilan yang lagi-lagi menjadi teman di malam minggunya ketika bahkan adiknya telah menjalin hubungan dengan sahabatnya selama hampir 3 tahun.
‘dan gue masih jomblo, okelah’ batinnya.
***
“Citra dirumah sayang??” Adi memulai pembicaraan sesaat setelah memesan Cappucino Cincau di tempat favoritnya
“ho’oh..lagi curhat sama mamah, tadi juga sempat minta dcariin pacar” Adi tersenyum dengan kelakuan kakaknya itu, meski hanya beda setahun, Citra bisa berkelakuan jauh lebih anak-anak dari pada dirinya “harusnya tadi kita ajakin aja a’, kasian pasti bête lah dia” sambung Dewan.
“yaa ga usahlah, ngajak mulu ahh, kita kapan berduanya?? dia juga punya pacar kemaren mana pernah ngajak kita jalan?? Lagi juga dia minta di cariin pacar, emang kenapa?? Takut kita duluan??” sanggah Adi cekikikan.
“haha…ihh ni anak, didenger ami baru nyaho”
***
“Bank ABC Selamat Pagi, dengan Citra ada yang bisa dibantu?”
Begitulah keseharian Citra, ia lebih banyak menghabiskan waktunya didalam kantor sebagai customer service disalah satu bank ternama di kotanya. Kata-kata yang cukup sopan bagi nasabahnya cukup membuatnya muak melakukan itu selama 2 tahun ia melakoni pekerjaannya. Adalah hal yang paling membosankan bagi dirinya ketika ia harus berangkat kerja sepagi mungkin dan pulang kerja selarut mungkin. Dan ketika rasa kantuknya terpaksa ia usir dengan secangkir coffee di pantry demi untuk satu sunggingan senyum manis untuk nasbaah tercintanya.
“Selamat pagi bapak. Ada yang bisa di bantu? Silahkan duduk” kembali senyum manisnya tersungging lebar menyapa salah satu nasabahnya.
“bantu aku untuk jadi pacarmu dong” goda sang nasabah, Citra tersenyum simpul dengan wibawa jas birunya ‘kalo gak dikantor udah gue sate nih orang’ batinnya.
“ada yang bisa saya bantu pak?” kembali tawarannya dan masih dengan senyum manisnya, pegawai bank juga aktris yang baik.
“saya mau cetak buku tabungan mba…” sang nasabah memicingkan matanya lurus kearah name tag Citra sampai ia sadar bahwa tulisan papan nama diatas meja jauh lebih besar daripada tulisan di name tag sang customer service “Citraa”
“ohh, bisa saya liat buku tabungan sebelumnya pak?”
“jangankan liat buku tabungan mba, buku nikah aja bakal aku kasih” sahut sang nasabah sembari memberikan Citra buku tabungannya
‘ebuseett…ni cowo cakep-cakep otaknya somplak kali yaa??’
***
“assalamualaikum…kamu???” shock Citra begitu ia sampai rumah, seolah lelahnya bertambah seketika melihat seseorang diruang tamu rumahnya.
“wuihh..pegawai bank yang tadi, mba Citra yaa??”
Citra bungkam, ia tak tau harus berkata apa melihat makhluk aneh yang sudah lancang menggodanya dan sekarang ada diruang tamu rumahnya.
“ehh bru pulang lu, kenalin temen kantor gue, Aufal. Aufal ini Citra kakak gue, masih jomblo loh dia” baru sekali ini Adi memperkenalkan ia pada temannya seperti lagi promosi panci, seketika khayalannya terbang ‘Aufal kenalin ini Citra, panci anti gores’
“mesti banget gitu yee lu nyebut jomblo?? Ohh ini temen lu?? Pantesan, sama-sama kegeser otaknya” jawab Citra berlalu masuk kedalam, yang entah malu atau salah tingkah, ia tak ingin memperpanjang obrolannya dengan teman adiknya yang lumayan menjengkelkan hari ini. Dan Adi yang ditinggalkan tampak cengo melihat aksi kakakknya barusan “kenapa lagi dia?” dan Aufal hanya bisa meneguk secangkir cappuccino dengan senyum manisnya.
***
“Selamat pagi bapak. Ada yang bisa di bantu? Silahkan duduk” kembali sapaan hangat Citra untuk nasabahnya pagi itu yang tak lain adalah Aufal, entah mengapa lelaki yang berperawakan oval itu seperti menjadikan kantor Citra sebagai tempat nongkrongnya, sudah hampir 5 hari belakangan ini Aufal menjadi nasabah tetap Citra dengan berbagai macam keluhan, entah ATM hilang, entah print buku tabungan, entah ATM patah dan sejenisnya dan sudah hampir 3 kali Aufal membuka rekening baru. Jika saja Citra tak terikat kontrak untuk tetap berperilaku baik pada nasabahnya, mungkin ia akan segera menyuruh satpam membawanya keluar
“kamu mau gak dinner bareng aku?” lantang kali ini Aufal meminta Citra untuk makan malam dengannya, permintaan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan kerjaan. Untung saja ruang lingkup pembicaraan antara customer service dan nasabah cukup mampu membuat kata-kata Aufal hanya terdengar olehnya. Dan itu cukup membuat Citra bungkam, ia tak memiliki alasan untuk menolaknya, toh ia pun sedang jomblo, namun ia juga tak memiliki alasan untuk mengiyakan. Toh lelaki dihadapannya ini hanya teman kantor adiknya yang sama menyebalkannya dengan adiknya.
“kamu udah gila yaa?” pertanyaan yang dikeluarkan Citra namun tetap beriringan dengan senyum manisnya, menjaga agar nasbah lain tak menaruh curiga padanya.
“see you tonight” Aufal berdiri dari kursinya.
***
Jam menunjukkan pukul 06.00, Citra pulang kantor lebih awal hari ini. Sesaat setelah ia berjalan keluar kantor, seseorang pun dengan lancang memegang tangannya
“pulang bareng aku yukk, lebih aman”
“kamu??” Citra buru-buru menepis tangan Aufal “aku malah merasa gak aman pulang bareng kamu, dasar cabul” ia mencoba untuk berlalu pergi
“ett..ett..ett..give me your number” Aufal berupaya agar Citra mau memberikan nomornya dan sang empunya nomor pun hanya tertawa licik menggemaskan
“kamu nungguin aku pulang kantor hanya untuk minta nomor?? Dasar peneror” bersamaan dengan itu Citra telah memberhentikan sebuah taksi dan melaju meninggalkan Aufal.
***
“neng,,,sumpah ya. Temennya nih anak tuh ga ada yang beres. Masa gue di promosiin sama tukang cabul, gilaa aja” rajuk Citra didepan Dewan dan adiknya yang sekaligus teman Aufal di salah satu café
“cabul gimana?” Dewan mengernyitkan dahi tak mengerti.
“yaa cabul, dia tiap hari datang keantor gue dengan urusan yang beda-beda plus dengan gombalannya yang norak, trus tiba-tiba pas gue pulang kantor dia minta gue pulang bareng dia” Citra meneguk segelas jus jeruk dan menyapu sambal dengan kentang goreng pesanannya
“yaa itu bagus o’on, dia mau ngejamin keselamatan lo, kalo dia beneran cabul mah elu udah dipaksa ngikut dia, udah pegawai bank aja masih bloon yee” sergah Adi panjang lebar
“ahh elu mah, gak gue restuin juga nih??? gue lebih ngerasa ga aman bareng dia. Nakutin” ancam Citra yang cukup membuat Adi kalah telak
“masa sih nakutin? Kata Adi, Aufal lumayan kok” sambung Dewan kembali, mencoba menerawang sosok menakutkan versi Citra dan sosok lumayan versi pacarnya sendiri.
***
“hishh elu lagi, mo ngapain?” serang Citra begitu melihat Aufal didepan kantornya
“minta nomor adi dong? Kehapus nih” pinta Aufal
“ellaahh itu doang, nih” Citra santai menyebutkan nomor adiknya itu dan sesaat setelah itu Aufalo menelponnya
“halo..Adi, nomor hp Citra dong, okey..kirimin yaa”
Citra bungkam seribu bahasa, Aufal dimatanya sekarang lebih mirip abunawas daripada sekedar pegawai perusahaan negara.
“ishh..awas aja yaa kalo kamu sampe nelpon aku” Citra berlalu pergi dan 3 detik kemudian ia kembali “ini ancaman Aufal!!!” dan ia kembali berlalu pergi. Aufal yang ditinggalkan tersenyum bahkan ngakak kegirangan seketika setelah ponselnya bordering tanda sms dari Adi muncul, ia pun langsung menekan call pada nomor hp kiriman sabahabatnya
‘halo..’ sapa hangat sang pegawai bank
‘ancamannya apa nona CS?? It’s me. Your behind’
Citra menutup matanya dalam-dalam menahan emosi yang sedari tadi meluap-luap
‘gue gak bakal balik’
‘okeyy..10 langkah dari tempat kamu sekarang ada anak muda yang lagi mabuk, kemaren baru keluar Koran seorang pramugari diperkosa ditempat itu, bakal ngeri gak yah kalo pegawai bank lewat situ’
‘bodo ammaa……..’ belum selesai Citra berbicara didepannya nampak sekitar 7 orang yang sedang mabuk-mabukan melirik kearahnya, ia mencoba untuk mundur meski dari arah belakang ia tahu suara motor sedang berjalan kearahnya, teleponnya pun bersama Aufal telah mati, ia segera berbalik dan matanya terlalu silau oleh cahaya motor yang baru saja berhenti tepat didepannya
“hey…sayang, aku nyariin kamu kemana-mana. Taunya disini, pulang yuk. Anak-anak udah pada nungguin mama papanya. Maaf yaa telat jemput, aku soalnya abis nagkap 11 napi yang buron tadi” Aufal, yaa Aufal yang tanpa ragu-ragu melingkarkan tangannya di pundak Citra, serta menggenggam tangan Citra, menuntunnya untuk segera naik ke motor. Setidaknya itu cukup membuat 7 preman itu mundur darinya.
***
“nangkap 11 napi sendirian??” klarifikasi Citra begitu laju sepeda motor Aufal berhenti tepat didepan rumahnya
“yoii..keren kan??” balas Aufal bangga
“badan segini nangkap 11 napi sendirian?? Keliatan banget boongnya. Thanks” seru Citra acuh dan berlalu masuk dan menutup agar tanpa basa basi pada Aufal
***
Sudah beberapa hari Aufal tak nampak dikantor Citra, Citra pun merasa aman dari buntutan lelaki yang belakangan ini menjadi penguntit dalam dunia nya. Namun beberapa hari setelahnya ia tak mampu membohongi dirinya sendiri, ia merinduakan sosok Aufal yang menyebalkan bagi dirinya. Ia lebih sering melihat Aufal diruang tamu rumahnya sebagai teman adiknya dan tanpa bertegur sapa padanya daripada melihat Aufal dikursi nasabah posisi Customer Service miliknya.
“mesti gimana dong neng?? Gue kayaknya udah jatuh cinta deh sama dia” rajuk Citra kembali pada satu-satunya orang yang ia fikir bisa mengerti segala keluh kesahnya
“nyaho lu..lagian kemaren di uber-uber dicuekin mulu. Ibarat kata-kata di bbm nih yaa situ udah terlalu hobby lari, sampe situ sadar Aufal udah berhenti dari jauh-jauh hari” ceramah Dewan asal
“nahh iya makanya, gue nyesel ini mah. Bener-bener nyesel. Sekarang mau sok akrab gengsi juga gue, ya kaliii” ambek Citra tak mau kalah, ia memang benar-benar jatuh cinta.
“okey kita deketian dia lagi kalo gitu, step one, ami harus nyari tempat yang biasa dia datangin, buat seolah-olah situ bketemu dia secara kebetulan”
ON TKP..
“hay Aufal, ga nyangka yaa kita bisa ketemu disini??
“iyaa hay..udah nyangka sih,,perasaan kita ketemu mulu deh, kamu ngikutin aku??” senyum simpul dan kembali berkonsenatrasi pada laptopnya
GUBRAK…

“step two, situ harus bisa narik perhatian dia”
ON TKP..
“aaauuu….sakit bangettt…” Citra merengek kesakitan tepat didepan Aufal
“luka tuh, tapi masih bisa jalan kan?? Aku cariin taksi deh” tetap dengan stay cool
PLISS DEHH

“Step three, yang terakhir nih, situ harus berani nanyain kenapa dia gak pernah nangkring di kantor situ lagi”
ON TKP..
Tak ada pertanyaan lagi yang bisa Citra katakan didepan Aufal, ketika matanya melihat Aufal memeluk seorang gadis cantik berkulit putih, berambut sedikit ombak, seorang perempuan yang terlihat anggun dengan balutan celana jeans dan kaos putih, sederhana namun tetap terlihat cantik. Terlebih lagi dengan sebatang mawar merah yang diberikan Aufal padanya serta candaan mereka yang hampir tak berjarak. Suguhan candaan yang pernah Aufal tawarkan untuk dirinya.
HIKS..
“gimana???” tanya Dewan to the point
“bodo amatlah, Aufal udah punya cewe baru yang bisa nerima kegilaan dia apa adanya, syukur deh seenggaknya dia gak perlu gangguin gue lagi” kilah Citra berusaha bersikap acuh
“bukannya dia udah gak ngejar dari jauh-jauh hari kan??? Sabaar ajaaa, penyesalan emang selalu belakangan, kalo didepan mah namanya PDKT”
“hiisshh…elu mah gitu. Bener-bener gak gue restuin juga nih. Udah ah, gue mau nyari angin dulu” Citra mendengus kesal meninggalkan Dewan yang ngakak dengan tingkah konyolnya.
***
Langkah lesu Citra menyusuri pinggiran taman malam itu, ia bahkan tak memperdulikan ayunan kosong ditaman yang biasa selalu dihinggapinya ketika bosan. Memang kali ini ia bukan bosan, ia galau. Langkah kakinya terus menyeret jalan, entahlah ia tak tahu kemana langkahnya akan berhenti. Mungkin dengan penjual sate yang ternyata anak konglomerat yang sedang menyamar, atau dengan tukang ojek yang gantengnya seperti Oritama Kayadi artis idolanya.
“eellaahh FTV banget guee” umpatnya sembari menendang kerikil kecil hingga mengenai kepala seseorang
“weeeww…suaminya kemana cantik?? Sendiri aja”
Mata Citra membelalak, langkah kakinya membawanya pada kesengsaraan “mampus gue, ini sih bukan FTV, tapi bakal jadi berita kriminal, maygat” umpatnya kembali yang bahkan hampir tak terdengar sembari berusaha mundur meski beberapa preman itu terus bergerak maju kearahnya. Sampai langkahnya terhenti pada dada bidang seorang lelaki. Ia pasrah kali ini.
“hey sayang, kamu jangan suka jalan sendiri kenapa sih?? Kata dokter kejiwaan kamu, kamu belum sembuh total, ayo ikut” senyum manis Aufal lagi-lagi menjadi penyelamat Citra kali ini, meski Aufal menariknya begitu cepat, ia tetap berhasil menghadirkan sunggingan lebar di bibir Citra.
***
“lu bilang apa tadi?? Dokter kejiwaan?? Gue sakit jiwa gitu maksudnya??” sergah Citra membrondong Aufal dengan pertanyaannya
“yaa menurut lo?? Lebih enak di katain gangguan jiwa, daripada masuk di Koran sebagai korban kriminal??” bantah Aufal tak mau kalah.
“hishh..” Citra mendengus kesal, kata-kata Aufal memang benar telak untuknya “lagian lo ngikutin gue lagi yaa?? Bisa tiba-tiba selalu ada di belakang gue” tuduh Citra kembali
“dihh ge’er..pegawai bank paling ge’er Cuma lo doang tau gak. Gue abis nganterin adek gue kerumah nyokap, lewat sini liat lo lagi, ya kali gitu gue liat-liatin lu aja, bukannya makasih, ellaah”
“jadi itu adek lo??”
“maksudnya??”
“yaa..cewe yang kemaren gue liat bareng lo, yang rambutnya ombak gitu, yang elu kasih bunga mawar, itu adek lo???”
“iyaa..lo liat??ihh dasar cabul yeee” tuduh Aufal dengan senyum manisnya.
“hishh apaan, gak sengaja elllaah” rajuk Citra manja “tapi makasih yaa, maafin gue buat yang kemaren-kemaren”
“it’s okeee, mulai besok lu jadi cewe gue dan jangan nakal sampai gue ngelamar elu” ancam Aufal yang sepertinya lebih mirip jawaban hati Citra
“dihhh….emang dasar cabul.. hahahaa”
Citra tenggelam dalam rangkulan mesra Aufal, ia benar-benar jatuh cinta pada lelaki yang menurutnya setengah waras ini.

The-end

Komentar

Postingan Populer