27 For The First Time ILoveYou

Suara langkah kaki yang gusar dan bahkan terkesan terburu-buru tengah menapaki sisi jalan, yah Citra, hari ini adalah hari ketujuhnya berada dalam misi mendapatkan cinta sang pujaan hati.
Citra telah lama tertarik dengan seorang pria tampan berdarah chinese yang hampir 2 bulan belakangan ini mengalihkan dunianya, semula yang ada difikirannya adalah bagaimana perasaan tertariknya hanya sampai sebatas kagum saja, namun pesona lelaki tampan itu merobohkan pertahanannya, dan Citra pun kekeh menjadwalkan
27 hari merebut hati sang pangeran cinta. Tepat di hari ketujuh, Citra berinisiatif mendatangi target di kantornya meski Citra amat sangat tahu lelaki itu tidak tertarik dengannya namun dia kekeh 'tak mesti jadian, dekat pun alhamdulillah' batinnya, well mari kenalkan nama lelaki itu, Sanjani Wirayudha.

"Taraaaaaaammmmm"
suara Citra memecah keheningan, semua karyawan kantor yang semula berkonsentrasi pada kerjaan masing-masing, beralih pandang menatap Citra, dgn tatapan heran tentu saja, pun dengan Wira yang justru menatapnya dengan tatapan geram, tak membuat Citra mengurungkan niat konyolnya itu, dengan santai ia mendatangi meja Wira "hai,,makan siang yuk" ajaknya cuek, Wirapun dengan geramnya sontak berdiri dari meja kerjanya "lu tuh apa-apaan sihh" geramnya sembari mengepal tangannya, kalau saja Citra bukan cewek, sebuah tonjokan sudah mendarat diwajahnya "ikut gue.." Wira beranjak menjauhi meja kerjanya, menarik tangan Citra yang masih senyam senyum.
"Apa-apan sihh, lu tuh ganggu gue banget tau gak, gak disini, gak ditempat latihan, gak dimana-mana, lu mulu" gertaknya begitu menjauh dari beberapa pasang mata yang awas melihatnya "saya cuman mau ajak kamu makan siang, udah gitu aja" jawab Citra polos "gue bahkan gak kenal sama lo" Wira kembali menimpali "yaa udah makanya kenalan, saya Citra, kamu???" Tambah Citra, sembari menarik tangan Wira untuk berjabat. "Sanjani Wirayudha kan?? Saya manggilnya apa, Jani, Wira, Yudha ato Ayu??" Tanyanya lagi.
"Wira.." Jawab Wira malas "ehh tapi gue gak ada waktu buat makan siang, apalagi sama lo" lanjutnya.
"Ya udah gak apa-apa, nihh ambil" Citra menyodorkan sebuah kotak makanan "saya cuman takut aja kamu sakit, dimakan deh yaahh,,bayyy" Citra melenggang pergi meninggalkan Wira yang masih mendengus kesal "cewek aneh..!!"

***

"Harusnya lo gak perlu kayak gini, plislah Cit, lo terlalu maksain diri buat dia jadi pacar lo, lo ngedeketin dia dengan cara aneh pula lagi" Nadia memulai petuah untuk sahabatnya yang sudah mulai aneh
"Aneh gimana maksud lo?" Tanya Citra polos.
"Yaa aneh, kesannya lu tuh ngejar-ngejar dia, mending lu fokus sm skripsi lu, type cewe kayak Wira itu type cewe yang dewasa Cit, elu mah masih terlalu kecil buat dia" jelas Nadia.
"Hahahhaaa...pemikiran lu pendek banget Nadia sayang, yaa lu harus tau, kalo inilah gue, gue gak perlu jadi cewe dewasa dulu buat ngedeketin Wira, lagian niat gue dari awal kan bukan buat pacaran, tp bisa deket, dan kalo misalkan Jackpot gue bisa jadian, gue mau Wira sayang sama gue apa adanya" kata Citra bangga.
"Halaaahh...serah lu dehh" timpal Nadia.

***

Ia menyelonjorkan kakinya diatas perbukitan kecil belakang kantor sang pujaan hati, tempat yang kini menjadi tempat favoritnya setelah ia begitu gencar dengan misinya sendiri, meski malam sudah menghampiri, bukit kecil itu tak kehilangan keindahannya, lampu-lampu kota semarak menghiasi malam, terlihat jelas dari atas oleh Citra. Sudah hampir 15 hari Citra begitu semangat melancarkan aksi untuk merebut hati pangeran impiannya 'gilaa 15 hari dia masih belom luluh juga' batinnya. Citra mengalihkan pandangannya ke arah kalender handphonenya, tepat di 27 April nanti Citra akan menghentikan aksinya, aksi yang menurutnya sendiri itu konyol, baru sekali ini dia jatuh cinta, dan baru sekali ini pula dia rela terlihat konyol untuk orang yang benar-benar di cintainya.
"Ngapain lo disini?" Sebuah suara geram yang akrab di telinga Citra, tanpa sadar sebuah senyum tipis terukir di bibirnya, sebelum akhirnya ia berbalik mencari sumber suara.
"Ehh...Wira, sini duduk. Disini indah bukan??" Balasnya diikuti Wira yang kini ikut duduk disampingnya "belum pulang?? Jam segini biasanya kantor udah sepi" lanjut Citra tanpa memalingkan wajah dari indahnya lampu kota malam itu, diiringi degupan jantungnya yang kian tak terkontrol "lo ngapain sih disini?? Disini rawan tau gak? Pulang sana" gertak Wira.
"Yaahh...masa iya sih rawan, aku udah lama kenal tempat ini, dan aman-aman aja tuh. Kamu nya aja parnoan" bantah halus Citra "hehh..ya udah, gue gak mau tanggung jawab kalo lo kenapa-kenapa, gue duluan"
"Elo...elo..elo...lo bisa gak sih ngomong sm gue gak pake elo-gue, ribet gue dengernya..aku-kamu kan lebih sopan" kata Citra yang seolah tak memperdulikan kata Wira barusan "BODO AMAT!!!" Wira sedikit memajukan wajahnya kehadapan Citra, lalu kemudian berdiri dan meninggalkan Citra
"yaahh ditinggal, belomm juga sejam" umpatnya sedih lalu kemudian ia kembali menikmati angin sepoy-sepoy malam itu, suasana sejuk perbukitan memang selalu bisa buat hati Citra tenang, sekitar 10 menit menikmati pemandangan sendiri setelah ditinggal sang pujaan hati
"Ikut guee" seseorang tiba-tiba menarik tangan Citra, hingga berdiri dari posisinya, membawa Citra kesuatu tempat,
parkiran.
"Masuk" perintahnya.
"Loh..bukannya tadi udah pulang, ada yang ketinggalan??" Tanya nya.
"Bawel dehh, masuk" Wira membukakan pintu mobil, memaksa Citra masuk, Citra sedikit aneh dengan perlakuan Wira, dirinya lebih terbiasa dengan perlakuan geramnya, namun tak bisa dipungkiri, dia juga menikmati malam ini.
"Rumah lo dimana?" Tanya Wira seraya mengemudikan mobil tanpa beralih pandang ke Citra "pokoknya lo gak boleh maen disitu lagi, lo dengerin gue, lo gak boleh maen disitu lagi"
"Kenapa?" Tanya citra to the point.
"Ya kalo gue bilang ga boleh, ya ga boleh. Udah cepetan rumah lo dimana?"
Citra hanya menjelaskan rumah seadanya dan kemudian berfikir sejenak, entah apa yang menyebabkan Wira begitu melarangnya berada di tempat favoritnya itu.
Didalam perjalanan, hanya hening yang terjadi, walaupun musik mobil mengalun dengan indahnya, itu tidak membantu dua insan ini untuk memulai pembicaraan, sesekali Citra mencuri pandang ke arah Wira, Wira pun sama, dan ketika pandangan ketiga "lo kok??" Gurat khawatir Wira terpancar jelas, Citra yang masih tidak mengerti maksudnya hanya bisa terdiam melihat Wira spontan menghentikan mobilnya disisi jalan, melepas sabuk pengamannya, mengambil beberapa tisuue "lo diem" perintahnya . 'Daritadi juga diem keleuuss' batin Citra kesenangan. Wira perlahan menghapus darah yang menetes dari hidung Citra, Citra yang begitu tau bahwa dirinya mimisan, mengambil cepat tissue yang di pegang Wira dan menghapusnya sendiri "nahh apa gue bilang, lo pokoknya gak boleh maen kesana lagi, ngerepotin gue aja, tiduran gih, entar gue bangunin kalo udah deket" geram Wira (lagi) "udahh gak usah, ini juga bentar ilang kok"
Bantah Citra, Wira pun memajukan wajahnya ke Citra (omaigadd moo ngapain??) Membuat mata Citra sedikit terpejam 'ni orang mesum banget sih ya alloh tolong' teriaknya dalam hati. Namun tanpa sadar sandaran joknya sedikit turun kebelakang, Wira telah menarik tuasnya "biar enakan, darahnya gak netes mulu, tiduran gih, ntar gue bangunin" petuahnya sambil kembali memasang sabuk pengamannya dan berkonsentrasi pada kemudinya, Citra hanya bisa terdiam, terperangah.

***

Citra begitu bersemangat dengan paginya, kejadian semalam cukup memberikan sinyal-sinyal positif untuk terus melakukan misinyaa, dengan mengenyampingkan project skripsi nya, kini ia lebih fokus dengan pangeran tampannya, langkah santainya beriring dengan senyumnya yang terus berusaha agar ia bisa sampai lebih di awal di kantor sang pujaan hati.
"Ettss...papasan, selamat pagiii bapak Wirayudha" sambut Citra dengan senyum sumringah ketika dirinya mendapati Wira tepat di Lobby kantor.
"Ngapain lo kesini?? pagi banget.." Jawab Wira yang dengan khas tampang geramnya. "Yaa..biasaa, mau ketemu kamu, kamu udah sarapan, kalo belom, nihh" Citra menyodorkan sebuah kotak makan kehadapan Wira "buat ngeganjel perut aja sih" sambungnya lagi.
"Gak..ogahh..gak mau,,lu tu apa-apaan sih?? Ambil kembali, gue gak butuh" tolak Wira kekeh "aaahh..udah gak usah pura-pura, ambil aja, aku tau kok kamu pasti belom sarapan, nihh" kembali Citra menyodorkan kotak makanan ke hadapan Wira "aku tinggal yahh,,baayy..".
Kembali Wira selalu dibuat bingung dengan perlakuan gadis aneh didepannya, gadis manis yang mempunyai perilaku aneh di mata Wira, Wira tak menampik, gadis ini telah banyak mencuri perhatiannya, gadis yang tempo hari sempat berkenalan dengannya namun hingga saat ini Wira belum berhasil mengingat namanya. Setelah berada di meja kerja, kembali matanya terfokus pada kotak makanan yang kini tengah di genggamnya "tu cewe kekeh banget tiap hari ngasih gue ginian, dia mau ngeracunin gue kali yah?" pikirnya, dibukanya kotak makan itu, 2 lapis roti tawar dengan olesan coklat terpampang menggiurkan, satu gigitan, dua, tiga dan sehelai roti habis di lahap Wira, pria tampan itu akhirnya berkomentar "enak juga".

Sementara itu~~
"Udah jadian??" Nadia to the point.
"Belom..tapi dikit lagi, semalam gue nangkring di bukit belakang kantornya Nad, dan dia datang nemenin gue, gue sampe dianter pulang loh" papar Citra yang begitu antusias.
"Bukit itu?? Ya elaa Cit, mesti berapa kali bilang sih lo jangan sering-sering maen kesitu, bahaya!! Lu mau sampe kapan kayak gini terus???" Rutuk Nadia hampir putus asa
"Bawel lu Nad, bukit itu indah keleeuuss, gak ada sama sekali tanda-tanda bahaya disitu. Dan gue bakal ngelakuin ini sampe tanggal 27 bulan ini, kan targetnya emang segitu, lo tungguin aja, lo mesti traktir gue pas gue jadian nanti"
"Idihh apa dehh" ledek Nadia kemudian.
Entah apa yang meyakinkan Citra begitu kekeh dengan misinya, Wira yang terkenal galak, tak sedikitpun mengurungkan niat Citra untuk terus mendekatinya.

***

"Satu, dua. Wira mana sih belom nongol-nongol juga, udah malem banget lagi" diliriknya jam ditangannya, pukul 20.00, Wira belum juga menampakkan dirinya. Dua helai tiket nonton telah digenggam manis oleh Citra, rencana di harinya yang ke 21 ia akan mengajak Wira nonton "apa dia udah pulang yaa??" Lanjutnya menduga-duga.
Semenit, dua menit, hingga setengah jam berlalu, Citra masih setia berada di pintu masuk kantor Akuntan kepunyaan sang pujaan hati, sebenarnya Citra lebih senang menunggunya di bukit belakang kantor, namun ia teringat larangan Wira beberapa hari yang lalu, maka jadi lah ia tetap setia menunggu didepan kantor, sekilat cahaya dan bunyi menggelegar mengagetkan Citra "ini mau ujan yaa?? Wira kemana sih??" Semangat Citra kini mulai redup, walaupun ia tahu jika Wira akhirnya bersedia menemaninya, mereka terlambat hampir sejam untuk beberapa adegan di film tersebut, namun entah apa Citra juga masih enggan beranjak dari tempatnya sekarang meskipun kilat, petir menggelegar disekitarnya, ia tahu malam ini akan hujan.

Benar saja, selang beberapa menit, gemerisik air pun turun, rintik-rintik hingga berubah menjadi hujan deras, Citra berusaha akan berteduh, mencoba membuka pintu kantor namun nihil pintu itu telah terkunci, dan Citra baru menyadari betapa bodohnya ia menunggu seseorang yang jelas-jelas sudah tidak berada di tempat ia menunggu sekarang, berkali-kali ia mencoba membuka pintu yang sama, namun tetap saja gagal, ia mencoba menepi, menghindari percikan air hujan yang berusaha membuat pakaiannya basah.
Hujan semakin deras, semakin deras, menghambat dirinya yang sedari tadi berniat untuk pulang, bajunya telah basah oleh percikan air dan angin yang berhembus, dingin merasuki tubuhnya, dua tiket yang sejak tadi dipegangnya berubah menjadi kertas basah yang lapuk, kembali ia melirik jam tangannya, sudah 21.30, Citra tak bisa lagi menahan diri, ia harus segera pulang, hari sudah terlalu larut.
Ia memberanikan diri, menembus hujan, baru saja ia melangkahkan kakinya keluar, seseorang menarik tangannya dan spontan memeluknya, Citra masih sulit melihat siapa yang melakukan ini terhadapnya, ia berusaha meronta melepaskan diri "diam, ini hanya sebentar, kamu dingin banget" Citra hafal suara itu, suara yang selalu bisa menenangkannya, setidaknya Citra berada di pelukan orang yang dia tunggu malam ini, ia terdiam, merasakan setiap detik hangatnya pelukan seorang Wirayudha, perlahan Wira melonggarkan pelukannya, "kamu dingin banget, ngapain sih tengah malam masih disini??? Nangkring di bukit lagi??? Aku udah berapa kali bilang, jangan maen kesitu, itu tempat gak aman tau gak, setengah 10 masih diluar, udah jago ha??? Liat nih badan kamu dingin gini" Wira menangkup tangan di pundak Citra, menggoyang-goyangkan badan Citra seolah mengecek gadis ini baik-baik saja, yang ditanya pun hanya menunjukkan sesuatu dari tangannya "aku pengen ngajak kamu nonton" hanya itu yang bisa ia jelaskan, wajah lusuh Citra berbaur dengan dingin yang menelusup cukup membuatnya tak bisa seceria hari biasanya "halaaahh,,makanya jangan sok, laen kali gak usah kayak gini, aku gak suka" sungguh sesuatu yang sedikit konyol buat Citra, untuk pertama kalinya ia rela menunggu seorang cowok sampai basah kuyup seperti ini "pake ini!!!" Tanpa sadar, Wira telah melekatkan jaket nya ke badan Citra "tunggu disini bentar" Wira berlari kecil menjauhi Citra, mendekati mobilnya, mengambil sebuah payung dan kembali berjalan kearahnya "bisa jalan kan??? Nyusahin aja" Rutuk Wira geram, Citra hanya bisa mengangguk, dituntunnya masuk kedalam mobil dengan payung di tangannya, hingga Citra benar-benar aman dalam mobil "diem disitu" perintah Wira tegas yang selalu tanpa menunggu jawaban dari Citra, ia melaju mengantar Citra hingga sampai kerumah.

***

Selepas kejadian malam itu, Citra dirundung flu berkepanjangan, 5 hari mematung dalam rumah, 5 hari dalam misinya yang terbuang sia-sia, "besok itu tanggal 27, dan aku udah buang 5 hari penting, mana Wira gak ada kabarnya lagi, huh...beteeeee....." Ia membuang diri dikasur empuknya, betapa bosannya ia yang dengan 5 hari belakangan ini hanya berkutat dengan obat, tissue dan waktu yang lebih banyak ia habiskan di tempat tidur, namun tiba-tiba deringan ponselnya berbunyi..

'Loha,,,asalamualaikum' jawabnya malas.
'Walaikumsalam..Sudah sembuh belom???'
Citra selalu tak asing dengan suara ini.
'Wira yaa??? Ecieee nelfon, aku baik-baik aja kok'
'Aku di bawah' jelasnya singkat.
'Ha'..?? Bawah mana?? Kolong tempat tidur maksudnya?? Mana??' Citra yang dengan polosnya ikut menunduk kebawah memastikan
'Halaaahh,,,pantesan aja gak wisuda-wisuda, bego nya kebangetan, di bawah, pekarangan rumah'
'Seriusss??????? Wait' Citra bangkit dari tidurnya, membuka gorden, sebuah Juke hitam terparkir di sana, seseorang dengan celana jeans biru dongker, baju kemeja lengan panjang berwarna senada, dan sepatu yang juga disesuaikan, lengkap dengan handphone yang masih menempel ditelinganya
'Cepetan turun, pakaian yang rapi, 10 menit telat, gue tinggal..!!!'
Perintahnya dari ujung telepon
'Hahaha..okey'

"Mau kemana sih??" Tanya Citra cepat sesaat setelah ia berada dalam mobil
"Nonton" jawab Wira pun tak kalah cepat.
"Ngedate maksudnya??? Aaakkk...Wira gemess deh" goda Citra, ia berusaha serileks mungkin, walaupun pada kenyataannya perasaan senangnya tak bisa ia bendung lagi, waktunya tinggal sehari, tinggal besok.

***

"Makasih loh om galak, aku gak nyangka kamu sampe segininya bakal nebus kesalahan kamu karna aku nya kehujanan kemaren, makasih yah" Citra mengakhiri obrolan malam itu, ketika hendak membuka pintu, Wira pun ikut menjawab
"Besok malam jam 7 dibukit belakang kantor"
"Okey" Citra acuh dan keluar dari mobil, tak lama kemudian ia kembali membukanya "apa??? Maksudnya apa??"
'Whuuufftt' Wira kehabisan akal, gadis didepannya ini benar-benar unik "besok malam jam 7 aku tunggu kamu di bukit belakang kantor, ngerti??? Emm..jangan tanya kenapa, datang aja"
Citra menimbang-nimbang jawabannya lalu kemudian ia mengangguk tanda setuju.

***

Kembali, Citra menyelonjorkan kakinya diperbukitan kecil, tempat dimana Wira menjanjikannya untuk bertemu, ada perasaan rindu dengan tempat ini setelah berapa lama Wira melarangnya dan sekarang ia malah memintanya untuk bertemu ditempat ini, tepat dijam 18.30 setelah sholat maghrib, Citra telah ada disini lebih awal.
"Semoga gak ujan lagi, amin" ia berdoa sendiri sembari senyum kecil terukir mengamininya.

Pukul 19.30 Wira belum juga menampakkan diri, Citra mulai gusar menunggunya, dipandangi langit, mencoba menerawang, malam ini tak ada petir, tak ada kilat pula, langit pun masih memamerkan hiasan bintang, bulan yang cantik nampaknya ikut menyinari tempat dimana Citra sekarang, keadaan seolah mengizinkan Citra untuk menunggu Wira lebih lama lagi, tepat di 27 April, hari dimana Citra menargetkan misinya berakhir
"Cit..." Akhirnya seseorang pun menegurnya
"Loh..kok?? Ngapain??" Citra hanya bisa terkejut, bukan Wira yang datang, melainkan Nadia.
"Gue udah duga lo disini. Lo yang ngapain disini? Udah cukup lo kyak gini Cit, Wira udah gak ada, okey hari ini tepat setahun hari jadian lo andaikan dia masih hidup, tapi dia sekarang udah gak ada Cit, Wira udah ....." Cepat-cepat Citra memotong kata-kata Nadia yang membuat hati Citra seperti teriris
"Cukup Nad, lo apa-apaan sih?? Lo sengaja mau buat gue sakit hati ha?? Sengaja?? Gue udah pernah cerita ke elo, Wira itu ada, Wira nyata, Wira huhu" Citra tak bisa menyanggupi kalimatnya lagi
"Wira emang ada Cit, disini" telunjuk Nadia ia tempelkan didada Citra "dia selalu ada buat lo, tapi lo gak seharusnya kayak gini, berandai-andai seolah dia masih hidup, meremedial perlakuan dia sama lo seperti setahun lalu sebelum kalian jadian, itu gak bagus Cit, kamu udah ngedustain takdir namanya, okey setahun lalu lo emang ditembak dan akhirnya jadian disini, ditempat ini, tapi sekarang Wira udah gak ada, udah sebulan Cit, lo harus bisa kembali ke kehidupan lo yang normal lagi" air mata Nadia turut jatuh, ia ikut rapuh melihat sahabatnya yang kini berlinangan air mata, sahabatnya yang selalu berfikir bahwa kekasihnya masih hidup.

Yahh...Wira, ia ditikam ketika mencoba menyelamatkan kekasihnya Citra dari orang yang berusaha jahat dengannya di bukit belakang kantor sebulan yang lalu, dan nyawanya tak berhasil di selamatkan.

"Lupain tempat ini Cit, gue tau tempat ini penuh kenangan buat lo sm Wira, tapi ingat tempat ini juga tempat dimana Wira pertaruhin nyawa buat lo sampe akhirnya dia meninggal, lupain, jangan pernah kesini lagi. Gue ataupun Wira gak mau hal yang sama terjadi dua kali, hanya karna lo masih sering kesini, yah??" Pinta Nadia halus, masih dengan linangan air mata. Dan Citra hanya berusaha mencerna kata-kata Nadia, memang benar, selama ini dia yang salah, imajinasi akan cintanya terlalu melambung tinggi hingga ia bisa menjadikan Wira kembali hidup, namun semua hanya halusinasi, semua hanya imajinasi, Wira telah pergi, 27 hari kemarin, semua hanya mimpi, itu hanya ia lakukan secara nyata di tahun lalu.
"Lo bener Nad, maafin gue yahh" Citra akhirnya lemas memeluk Nadia, Nadia berharap selepas ini sahabat terkasihnya benar-benar bisa mengontrol imajinasinya.

*The ~ End*

Komentar

Postingan Populer